Nilai dan etika
Etika keilmuan merupakan etika normatik yang merumuskan
prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat
diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang
ilmuan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan
menghindarkan dari yang buruk kedalam perilaku keilmuannya, sehingga ia dapat
menjadi ilmuan yang mempertanggungjawabkan keilmuannya. Etika normative
menetapkan kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap
perbuataan-perbuatan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya
terjadi serta menetapkan apa yang bertentangan apa yang seharusnya terjadi.
Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan adalah nilai
dan norma moral. Bagi seorang ilmuan nilai dan norma moral yang dimilikinya
akan menjadi penentu, apakah ia sudah menjadi ilmuan yang baik atau belum.
Tugas seorang ilmuan harus menjelaskan hasil penelitiannya
sejernih mungkin atas dasar rasionalitas dan metidologis yang tepat agar dapat
dipergunakan oleh masyarakat.
Di bidang etika tangguna jawab seorang ilmuan adalah bersifat
objektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam
pendirian yang dianggap benar dan berani mengakui kasalahan.
Pada zaman dulu pengadilan inkuisisi Galileo selam kurang lebih
2’5 Abad mempengaruhi proses perkembangan berfikfir di Eropa, yang pada
dasarnya mencerminkan pertarungan antara ilmu yang ingin terbebas dari
nila-nilai diluar bidang keilmuan dan ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan yang
ingin menjadikan nilai-nilai sebagai penafsiran metafisik keilmuan.
Dalam kurun ini para ilmuan berjuang untuk menegakan ilmu yang
berdasarkan penafsiran alam sebagaimana adanya semboyan ilmu yang bebas nilai
setelah pertarungan kuranglebih 250 tahun, maka para ilmuan mendapatkan
kemenangan. Setelah saat itu ilmu memperoleh otonomi dalam melakukan
penelitiannya dalam rangka mempelajari alam sebagaimana adanya. Konflik seperti
inipun terjadi terhadap ilmu-ilmu social dimana berbagai ideology mencoba
mempengaruhi metafisik keilmuan.
Kejadian ini sering terulang kembali dimana sebagian metafisik
keilmuan dipergunakan dari ajaran moral yang terkandung dalam ideology tertentu
bukan seperti yang dituntut hakikat keilmuan. Mendapatkan otonomi terbebas dari
segenap nilai yang bersifat dogamatik ini, maka dengan leluasa ilmu dapat
mengembangkan dirinya. Pengembangan konsepsional yang bersifat kontemplatif
kemudian disusul dengan penerapan konsep-konsep ilmiah pada masalah-masalah
praktis. Sehingga konsep ilmiah yang bersifat abstrak dapat berwujud konkrit
yang berupa teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar