WELCOME TO MY BLOG

Senin, Juni 14, 2010

Dialektika Peristiwa dan Makna


Nama : Widya Astuti
Jurusan : Pendidikan IPS/ IV.c
NIM : 108015000073


Dialektika Peristiwa dan Makna


Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah‘semaino’ yang berarti ‘menandai’atau ‘melambangkan’. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis : signé linguistique).
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.(http//susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id). Keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik
• Makna Emotif, menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan.
• Makna Konotatif, Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar.
• Makna Kognitif, Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109).
• Makna Referensial, adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.
• Makna Piktorikal, adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis
Ujaran dan Pengujar
Dalam proses pengujaran, suatu ujaran memiliki keterkaitan baik dalam wujud ataupun maknanya dengan ujaran yang lain. Intertekstualitas dapat dicontohkan dengan adanya keterkaitan yang tejalin antara pengetahuan pembaca mengenai kasus suap yang menimpa beberapa anggota DPR-RI dengan berita penggeledahan beberapa ruang di gedung DPR-RI oleh KPK.
Dalam intertekstualitas, pengetahuan terdahulu membantu pemahaman mengenai teks yang dating setelahnya, tidak mungkin sebaliknya. Pengetahuan yang ada terlebih dahulu tersebut adalah skemata yang digunakan untuk memahami teks. (wordpress.com)
Tindak tutur adalah ujaran yang mengekspresikan maksud. Ciri penting tindak tutur adalah penerima tuturan mengerti maksud pengujar. Searle mengelompokkan tindak tutur menjadi empat, yaitu:
1. tindak ujar (utterance act),
2. tindak proposisional (propositional act) atau lokusi,
3. tindak lokusioner,
4. tindak perlokusioner.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar