WELCOME TO MY BLOG

Senin, Juni 14, 2010

Hermeneutik

Hermeneutik

Teori hermeneutika Habermas barangkali merupakan sebuah terobosan baru untuk menjembatani ketegangan antara obyektifitas dengan subyektifitas, antara yang idealitas dengan realitas, antara yang teoritis dengan yang praktis. Dan inilah sebuah prestasi Habermas dalam disiplin hermeneutika. Hermeneutika yang awal mulanya berkutat pada wilayah idealisme, oleh Habermas telah ditarik secara “paksa” turun untuk bisa memahami lapangan realisme-empiris.Memang jauh sebelumnya, hermeneutika hampir sepenuhnya berkutat pada wilayah teks. Dan pada masa Dilthey yang latar belakangnya sebagai seorang sejarawan menarik hermeneutika ke wilayah sosial untuk menafsirkan sejarah. Pada era ini aspek subyektifitas dan obyektifitas sudah mulai diperhitungkan untuk menafsirkan tek dan realitas sosial. Hal ini sebagai upaya untuk mengcounter balik terhadap arogansi ilmu eksakta yang mulai mendominasi wilayah ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Defenisi Hermeneutik

Para ilmuan dalam mendefinisikan hermeneutik, mempunyai definisi yang berbeda-beda. Dan kita tidak dapat menemukan satu definisi yang menyeluruh yang mewakili definisi-defini mereka serta bersifat meliputi. Namun kita dapat mengambil suatu definisi yang memiliki kedekatan dan kesamaan di antara definisi-definisi yang ada: Hermeneutik adalah ilmu yang berhubungan dengan penjelasan kebagaimanaan dan keharmonian pamahaman manusia, apakah itu berhubungan dengan batas pemahaman terhadap teks tertulis, ataukah secara mutlak aktivitas-aktivitas kehendak dan pilihan manusia atau mutlak realitas-realitas eksistensi.
  1. Paul Richor mendefinisikan hermeneutik: "Teori aktivitas pemahaman yang berhubungan dengan interpretasi teks."
  2. Antony Kerbooy, hermeneutik adalah ilmu atau teori penakwilan.
  3. Andrew Bovy, hermeneutik adalah keahlian interpretasi.
  4. Richard Polmer berpendapat bahwa defenisi-defenisi hermeneutik dapat disatukan meskipun memiliki sudut-sudut yang berbeda. Pandangan ini diutarakannya setelah ia mengungkap enam macam definisi hermeneutik.

Keenam definisi tersebut:

  • Hermeneutik adalah teori penafsiran kitab suci (definisi yang paling tua)
  • Hermeneutik adalah ilmu yang berposisi sebagai metodologi umum bahasa (zaman renaisains)
  • Hermeneutik adalah ilmu setiap bentuk pemahaman bahasa (Schleiermacher)
  • Hermeneutik adalah dasar epistemologi untuk ilmu-ilmu humaniora (Wilhelm Dilthey)
  • Hermeneutik adalah fenomena eksistensi dan fenomena pemahaman eksistensi (Martin Heidegger)
  • Hermeneutik adalah sistem-sistem interpretasi (Paul Richoer).


Dan pada akhirnya Richard Polmer juga mendefinisikan hermeneutik sebagai studi pemahaman dan secara spesifik pemehaman teks. Hermeneutik secara luas dikenal sebagai ilmu penafsiran/interpretasi terhadap teks pada khususnya dan penafsiran bahasa pada umumnya. Istilah yang bermula dari bahasa Yunani kuno (hermeneuenin) ini pada zaman sekarang sangat akrab digauli para intelektual. Salah satu alasan penting menerapkan metode hermeneutik ini adalah objek (baca teks/bahasa) tidak memungkinkan diartikan tanpa melalui metode penafsiran. Ketidakmungkinan tersebut selain disebabkan karena situasi bahasa yang berbeda dan terus berubah, juga disebabkan alasan kesulitan para pembaca dalam memahami subtansi makna yang terkandung dalam teks-teks dan bahasa yang dipelajari.
Hal yang paling tampak dari kesulitan atas subtansi makna tersebut pada dasarnya juga disebabkan oleh realitas di mana tata bahasa tersebut ternyata mempunyai keterbatasan dalam menyaring inti dari teks-teks yang terkandung di dalamnya.
Karena keterbatasan inilah kemudian untuk memahami suratan kata-kata seseorang harus melalui pengkajian secara mendalam. Puisi, novel, dan karya tulisan lainnya yang bermaksud menafsirkan totalitas dunia seorang pengarang, misalnya, tentu saja tidak akan mampu terapresiasikan secara lengkap dalam kata-kata. Di sinilah fungsi hermeneutik diperlukan untuk menafsir bahasa. Memang sebuah intrepretasi akan sarat dengan muatan tafsir, sengaja atau tidak sengaja, yang menjadi persoalan dengan tafsir bahasa adalah pencarian hakekat kata-kata yang tersurat dan tersirat. Karena hakekatnya adalah mencari kebenaran, dimensi filosofis tafsir sangat dibutuhkan. Namun, karena hakekat filsafat itu sendiri adalah keseluruhan interpretasi dan tafsir, antara filsafat dan hermeneutik tidak terlalu jauh dipersoalkan.


Ada tiga hal yang ditemukan oleh pemikir postmodernis, yaitu:

  1. hermeneutik analitis. Penambahan kata ”analitis” dalam ”hermeneutik” di sini dimaksudkan agar hermeneutika bukan hanya menafsir teks-teks dalam batas kategori pemaknaan filosofis-historis seperti yang biasa dilakukan para pemikir linguistik. Howard di sini menambahkan bahwa pendekatan logika intersubjektif, atau lebih dikenal dengan istilah logika intensi atau juga memakai pendekatan silogisme praktis dan peran eksplorasinya.
  2. hermeneutika psikososial. Teori ini berangkat dari penolakan atas kecenderungan hermeneutika mono-metodelogi baik dari positivisme maupun Marxisme Klasik yang sering menyajikan spekluasi Marxisme yang telah berkembang dan cukup mengabungkan beberapa prinsip metodelogi dari pemahaman simbol karya Freud dengan melakukan eksplorasi atas filsafat kritis mazhab Frankfrut (Jurgen Habermas), Howard mencoba memberikan satu premis-premis dasar bagaimana memahami bahasa dalam konteks psikososial masyarakat modern.
  3. Howard menyuguhkan satu teori baru hasil pengembangan teori Gadamer. Teori Gadamer yang sebelumnya kritis dalam mengkritik filsafat hermeneutik perspektif humaniora dengan jalan ontologisnya dipilih Howard sebagai pijakan dalam menganalisis bahasa. Dalam bagian ini, pembaca akan disuguhkan bagaimana sebenarnya teori permainan bahasa Gadamer yang sebenarnya cukup kritis untuk menelaah kondisi ruang dan waktu dalam kehidupan manusia.


Dalam konteks pelebaran metodelogi inilah, perkembangan selanjutnya hermeneutik ternyata sangat dibutuhkan para pemikir bukan hanya dalam bidang sastra dan bahasa semata, melainkan juga melebar pada studi bidang lain, misalnya humaniora, sains, sejarah, agama (kitab suci), dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena hampir semua bidang keilmuan tersebut dapat dipastikan berhubungan dengan teks-teks bahasa. Buku ini tidak mengklaim diri sebagai laporan studi yang mendalam dan tidak pula menampilkan semua bentuk paparan hermeneutika mutakhir. Namun dengan perhatian terhadap tiga komponen hermeneutik tersebut, buku ini layak disebut sebagai satu penelaahan baru atas pemetaan metodelogi hermeneutik model postmodernisme yang kini sedang berkembang.
Sumber:
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0302/15/opi04.html
http://faizmanshur.wordpress.com/2003/02/14/tiga-komponen-kritis-hermeneutik/
Howard, Roy J. Pengantar Teori-Teor Pemahaman Kontemporer Hermeneutika, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2000.


oleh:
Nama : Rizqatul Ilmi
NIM : 108015000077

Tidak ada komentar:

Posting Komentar