Nama : Fitroh Robiah
Kelas : IV B Pendidikan IPS
NIM : 108015000056
Judul :
Teori Komunikasi dan Teori Realitas Sosial dan Bahasa
Teori Komunikasi
Teori komunikasi timbul karena manusia itu memelukan bantuan orang lain atau berhubungan dengan orang lain dalam segala aktivitasnya. Agar sesuatu yang diinginkan oleh seseorang itu dapat terwujud, maka manusia memerluakn suatu komuniksi. Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Komunikasi yang baik itu adalah komunikasi yang bersifat timbal balik, yakni komunikasi yang menghasilkan respon dari apa yang telah disampaikan. Respon itu dapat berupa perkataan, sikap, pendapat, atau perilaku. Dari sinilah timbulnya teori-teori komunikasi.
Dilihat dari lingkupnya, teori komunikasi itu terbagi menjadi tiga, yaitu:
a) Teori komunikasi kelompok, komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan sebagian orang. Sejak lahir, seorang sudah bergabung dengan kelompok primer, yaitu keluarga. Dimana di dalam keluarga itu terjadi komunikasi antara orang tua dan anak, kakak dan adik yang hanya terjadi di dalam anggota keluarga saja. Seiring dengan perkembangan usia dan intelektual seorang akan masuk terlibat dalam kelompok sekunder, yaitu sekolah, lembaga agama, tempat kerja, dan lain sebagainya yang merupakan lembaga yang berada di luar rumah. Melalui kelompok ini memungkinkan orang dapat berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan dengan anggota kelompok lain.
b) Teori komunikasi organisasi, komunikasi merupakan tindakan untuk berbagi informasi. Tindakan komunikasi tersebut dalam berbagai konteks, salah satu dalam konteks organisasi. Dalam konteks organisasi, pemahaman-pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi dalam lingkup organisasi sangat diperlukan, karena suatu organisasi tidak akan berjalan dengan semestinya tanpa adanya komunikasi yang baik. Misalnya seperti seorang atasan yang ingin menjalankan suatu program, seorang atasan tersebut tidak akan bisa menjalankan programnya tanpa adanya bawahan untuk membantunya. Agar program yang dijalankannya itu dapat dimengerti oleh bawahan, maka atasan tersebut harus berkomunikasi dengan bawahannya, supya apa yang dimaksudkan oleh atasan tersebut dapat dijalannkan bawahannya dengan baik.
c) Teori komunikasi massa, Marshall Mcluhan menyatakan bahwa kita hidup pada suatu ‘desa global’. Pernyataan ini menyacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Komunikasi massa mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana institusi media massa memproduksi dan menyebarkan pesan secara luas kepada public. Focus kajian dalam komunikasi massa adalah media masa seperti televise, radio, dan internet.
Teori-Teori Komunikasi Interpretatif dan Kritis
a) Teori komunikasi interpretative, merupakan suatu teori komunikasi yang menggunakan symbol-simbol sosial dan budaya. Teori ini terjadi karena kemajuan visualisasi media informasi dalam berkomunikasi. Teori ini berkembang sangat pesat dalam bidang komunikasi karena perkembangan media komunikasi yang begitu pesat terutama media cetak dan elektronik.
b) Teori komunilasi kritis, wacana ilmu sosoal kritis pada dasarnya memiliki implikasi ekonomi dan politik tetapi banyak diantaranya berkaitan dengan komunikasi dan interaksi sosial dalam masyarakat. Maka lahirlah berbagai teori kritis baru dalam komunikasi, seperti: sosiologi komunikasi, komunikasi antar budaya, hukum komunikasi, hokum media. Ilmu sosial kritis mempunyai tiga asumsi dasar, diantaranya: semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretative, pendekatan ini mengkaji kondisi-kondisi sosial untuk mengungkap struktur-struktur yang sering kali tersembunyi, teori ini menggabungkan teori dan tindakan.
Teori Efek Komunikasi
a) Teori komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi, teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsefeld, teori komunikasi ini memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut: individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, respon terhadap pesan tidak terjadi secara langsung, adanya proses penerimaan dan respon, individu berperan aktif. Secara garis besar menurut teori ini media massa tidak bekerja dalam situasi sosial yang pasif dan mampu bersaing dengan sumber-sumber pengetahuan dan gagasan.
b) Teori pengharapan nilai, dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan berasal dari media ditentukan oleh sikap individu terhadap media, kepercayaan, tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada individu dan evaluasi seorang individu tentang bahan.
c) Teori ketergantungan, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Pemikiran terpenting dari teori ini adalah khalayak atau audiens.
d) Teori agenda setting, asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menanggapinya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat.
e) Teori uses and gratification (kegunaan dan kepuasan), teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif ubtuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, media yang paling baik di dalam usaha adalah media yang paling banyak memenuhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternative untuk memuaskan kebutuhannya.
Teori Realitas Sosial dan Budaya
Realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian kebenaran realitas bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Ritzer mengatakan bahwa, pandangan yang menyatakan individu adalah manusia bebas dalam hubungan antar individu dengan masyarakat merupakan pandangan beraliran liberal-ekstrim.
Dalam pandangan paradigma sosial, devinisi realitas sosial adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial disekelilingnya. Sedangkan Max Weber melihat realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki makna subjektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Pandangan teori Max Weber dibantah oleh Karl Marx bahwa kehidupan sosial budaya diperoleh dari pertentangan antar dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis dan proletar. Pada kenyataannya realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu.
Beger dan Luckmann memulai penjelasan tentang realitas dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan yang tidak tergantung pada kehendak sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian-kepastian bahwa realitas itu benar-benar nyata. Realitas sosial yang dimaksud oleh Berger dan Luckmann terdiri dari realitas objektif, realitas subjektif dan realitas simbolis. Mereka juga menjelaskan dialetika antara diri dengan dunia internalisasi. Tiga momen ini memunculkan suatu proses konstruksi sosial yang dilihat dari segi mulanya, yaitu buatan manusia. Hal terpenting dalam objektivasi adalah pembuatan signifikasi, yakni pembuatan tanda-tanda oleh manusia. Mereka menyatakan bahwa sebuah tanda dapat dibedakan dari objektivasi lainnya karena tujuannya digunakan sebagai isyarat atau indeks bagi pemakna subjektif.
Menurut Berger dan Luckmann bahasa memegang peran penting dalam objektivikasi terhadap tanda-tanda. Bahasa merupakan alat simbolis untuk melakukan signifikasi, yang mana logika ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang diobjektivikasi. Objektivikasi linguistic terjadi dalam dua hal, yaitu: dimulai dari pemberian dan tanda verbal. Bahasa ini merupakan hasil yang nyata dalam kehidupan manusia, oleh karena itu bahasa merupakan bagian dari realitas sosial. Karena bahasa itu selalu ada dalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar